“tidak lengkap
rasanya bila saya sudah di jombang tanpa harus mengunjungi kalian. Sudah saya
siapkan materi sebagai jawaban pertanyaan seorang santri sabtu lalu terkait
pandangan ibn sina yang berdasar sifat Allah SWT, mukhalafatu lilhawadits maka Allah
SWT bersifat qadim menurut perspektif sains. Dengan tema Rahasia Malam, materi
yang kurang pas disampaikan disiang hari sebenarnya, berhubung saya datangnya
di siang hari dan tidak bersabar menunggu petang datang untuk mengungkap
rahasia malam yang banyak sekali bersama kalian.”
Lebih lanjut beliau memaparkan,
merujuk QS As-Saffat ayat 37, ‘dan di waktu malam, apakah kamu tidak
memikirkan?’. Muncullah pertanyaan “mengapa ada malam?” Lazimnya orang akan
menjawab “karena ada siang”. Jikalau dibalik “mengapa ada siang?”, jawaban
pastinya “Karena ada malam”. Secara umum fenomena tersebut terjadi karena
pengaruh rotasi bumi pada porosnya sehingga permukaaan bumi yang menghadap
matahari mengalami siang. Namun, terdapat kondisi khusus langit malam tetap
gelap meskipun langit terkena pancaran sinar matahari dan ruang angkasa selalu
gelap dikarenakan temperatur rata-rata ruang angkasa ialah 3°K atau setara dengan -270°C.
Menurutnya, apabila pengamat mengamati
ruang angkasa dengan bantuan teropong, terlihat titik kecil yaitu bintang yang
merupakan sumber panas dan memancarkan cahaya. Intensitas cahaya (daya yang
dipancarkan) bintang terbatas karena terpaut jarak yang jauh, sehingga hal
tersebut hanya dapat menerangi daerah tertentu dan tampak sebagai titik putih
kecil dari bumi. Ini berarti ruang angkasa tersebut dingin dan gelap.
Disisi yang lain, apabila alam tak
terbatas bumi mendapat intensitas cahaya yang tak terbatas dengan jumlah
bintang yang tak terhingga sehingga bumia akan mengalami kondisi siang terus
menerus (QS Al-Qashas 28:72). Fenomena malam-siang menunjukkan keterbatas alam
dari segi ruang (bervolume tertentu) dan waktu (berawal-berakhir). Alam semesta
senantiasa berubah dan bahkan pernah lahir (berawal) sehingga pasti juga akan
berakhir. Hal ini, membuktikan bahwa alam semesta benar-benar diciptakan oleh
Allah SWT dan tidak terbentuk secara sendirinya sebagaimana anggapan kaum
atheis.
Kuliah umum kali ini memunculkan berbagai
pertanyaan dari kalangan para santri. salah satunya terkait teka-teki alam
semesta,
“yang diciptakan pertama kali oleh
Allah SWT adalah Nur Muhammad, dari Nur Muhammad tersebut, lalu diciptakan
segala sesuatu. berarti alam semesta diciptakan dari cahaya?” tanya salah seorang
santri.
Pertanyaan tersebut dijawab sang
penggagas yang akrab disapa Gus Pur, “Terserah apabila Big Crunch (Big Bang)
dimaknai sebagai cahaya karena pemaknaan tersebut bergantung pada perspektif
tiap individu. Akan tetapi, yang perlu ditekankan ialah tujuan dari trensains,
mengilmiahkan tradisi kuno Islam baik yang bersumber dari Alquran maupun Sunnah
Nabi Muhammad SAW.”
Pewarta: Nadia Salma & Nila Muhaimatul A.
Editor :
Admin