smatrensains.sch.id- Di penghujung kelas 12, untuk kali pertama Pondok Pesantren Tebuireng menggelar acara berupa penguatan Ahlussunnah Waljama’ah An-Nahdiliyah (30/03/21) yang diprakarsai oleh Tim Aswaja Tebuireng, yang sementara ini bernama Aswaja Center.
Penguatan Ahlussunnah Waljama’ah sendiri merupakan upaya untuk mencegah terjadinya degredasi Ahlussunnah Waljama’ah. Upaya tersebut menjadi penting, karena santri kelas 12 setelah ini akan meninggalkan pondok pesantren dan akan menghadapi berbagai macam problematika di luar sana yang kerap kali mengancam paham Ahlussunnah Waljama’ah yang selama ini mereka pegang di pondok.
“Pembukaan ini merupakan pembukaan resmi dari semua unit” terang H. Kusnadi Said (Mudir Pendidikan Pondok Pesantren Tebuireng) hal itu menyebabkan acara yang dilaksanakan di Balai Diklat Pondok Pesantren Tebuireng 2 terasa istimewa. Terlebih acara tersebut dibuka langsung oleh KH. Abdul Hakim Mahfudz (Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng)
Penguatan Ahlussunnah Waljama’ah kedepannya akan menjadi agenda yang rutin dilaksanakan dengan peserta santri kelas 12 di jenjang SMA/MA yang berada di bawah Yayasan Hasyim Asy’ari.
Beliau (KH. Abdul Hakim Mahfudz) pun menuturkan, bahwa Islam masuk ke Indonesia sejak zaman awal Islam dan Ahlussunnah Waljama’ah merupakan Islam asli dari zaman Rasulullah saw.
Lalu dari mana berbagai macam aliran Islam bisa muncul di Indonesia?
Beliau membeberkan fakta, yaitu Belanda tidak menyebarkan pertentangan pemikiran, karena Belanda hanya datang untuk Sumber Daya Alam (SDA) dan manusia.
Beliau menambahkan bahwa di dalam kitab “Risallah Ahlussunnah Waljama’ah” Karangan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari dijelaskan, pada tahun 1330 H atau 1912-1913 M banyak bermunculan aliran baru. Padahal, sebelum itu islam di Tanah Jawa Cuma satu, yaitu Ahlussunnah Waljama’ah yang mengikuti madzhab yang sama yakni, dalam bidang fikih mengikuti madzhab Imam Syafii, dalam bidang ushuluddin mengikuti Imam Abu Hasan Asy’ary, dalam bidang tasawuf mengikuti Imam Al- Ghazali.
Perjalanan Ahlussunnah Waljama’ah dari zaman Rasullulah dinilai sudah cukup panjang. Terlebih, muncul banyak aliran baru yang dikhawatirkan kedepannya akan membuat paham Ahlussunnah Waljama’ah tidak dapat dipahami secara utuh oleh umat. “Bersama sama para Masyaikh mendapatkan solusi, kemudian berdirilah NU” Pungkas beliau.
NU pun diharapkan bisa memenuhi kebutuhan untuk menjadi wadah dari Ahlussunnah Waljama’ah baik di kancah nasional maupun internasional.
“Disini kita juga memerlukan fikr an-nahdiliyah (pola pikir) bahwa Ahlussunnah Waljama’ah itu mengikuti apa yang dicontohkan rasullulah dan sahabat” Tambah beliau. Tapi kita tidak mungkin bisa mengikuti semua sunah yang ada, maka dari itu dalam amaliyyah Ahlussunnah Waljama’ah, sunah diambil beberapa dan dikemas dengan tradisi yang ada.
Beliau menjelaskan,peran santri dibutuhkan untuk menjaga tradisi Ahlussunnah Waljama’ah dan diharapkan kehadiran seorang santri di tengah masyarakat bisa menjadi orang yang bermanfaat.
“Mudah-mudahan selamatnya Ahlussunnah Waljama’ah bisa menjadi sebab selamatnya Indonesia dan selamatnya kita semua” harap beliau.
Aamiin,
Pewarta: Syafhira & Aufa
bagus….