
SMA Trensains Tebuireng kembali mengadakan kuliah umum untuk meningkatkan kualitas pengetahuan santrinya. Kali ini, diadakan acara 'Ngaji Ayat-Ayat Al Qur'an' oleh Prof. KH. Agus Purwanto yang membahas zona waktu di bumi.
Acara ini dilaksanakan di Masjid Sholahuddin Al-Ayyubi pada hari Senin, 13 September 2021 setelah sholat isya. Acara ini merupakan agenda pembukaan Ngaji Ayat-Ayat Al Qur'an yang selanjutnya akan dilaksanakan rutin tiap bulan pada hari senin malam selasa dan dilanjutkan pada selasa pagi keesokan harinya.
Prof. Agus Purwanto memulai acara ini dengan membahas waktu. Einstein mengatakan bahwa waktu adalah sesuatu yang relatif, bukan absolut. Kemudian santri diajak untuk membedah surat Al Ashr dengan menjelaskan tarkib dari setiap kalimah menggunakan ilmu nahwu. Al Ashr adalah surat yang dibahas karena menjelaskan tentang waktu dan anjuran untuk tidak menyia nyiakan waktu.
Selanjutnya Prof. Agus Purwanto menjelaskan bahwa waktu pada tiap belahan bumi berbeda. Bumi berbentuk bola membentuk sudut 360 derajat dan memiliki jari-jari kurang lebih 6371 km, sehingga tiap satu derajat adalah 11 km di bumi. Bumi yang memiliki sudut 360 derajat berotasi penuh dalam waktu 24 jam sehingga dalam satu jam, bumi berotasi 15 derajat. Penyederhanaan penentuan waktu tersebut diusulkan oleh Sir Sanford Fleming dan disetujui pada tahun 1884 dalam Konferensi Waktu Dunia Internasional di Washington DC. Saat itu, peserta dari 27 negara menyetujui dan menetapkan bahwa 0 derajat bumi terletak di Greenwich dan disebut Greenwich Mean Time (GMT). Ada 25 zona waktu di bumi yaitu dari GMT-12 hingga GMT-1, GMT 0, dan GMT+1 hingga GMT+12. Agar teteap bernilai 360 derajat, masing masing zona waktu memiliki 15 derajat kecuali GMT-12 dan GMT+12 yang memiliki 7,5 derajat. Garis yang berada diantara GMT-12 dan GMT+12, serta berada tepat di belakang GMT disebut International Date Line (IDL).
Pergantian hari dimulai dari wilayah yang berada tepat di belakang bagian bumi yang terkena cahaya matahari, seperti dalam surat Ad Dhuha ayat 2 : وَالَّيۡلِ اِذَا سَجٰىۙ. Bumi berotasi dari timur ke barat sehingga sinar matahari terlihat datang dari timur. Oleh karena itu, wilayah timur lebih cepat mengalami pergantian hari. Wilayah yang pertama kali mengalami pergantian hari adalah wilayah pada zona waktu GMT+12, sehingga jika GMT+12 mengalami hari selasa, GMT-12 masih senin meskipun keduanya pada waktu atau jam yang sama.
Garis zona waktu maupun IDL tidak lurus, tetapi dapat berkelok-kelok menyesuaikan letak geografis suatu wilayah sesuai kesepakatan wilayah tersebut. Hal itu dilakukan untuk memudahkan, agar tidak ada zona waktu yang berbeda dalam suatu wilayah.
Delapan tahun setelah konferensi di Washington, Samoa mengganti zona waktunya. Samoa awalnya berada di timur IDL kemudian diubah menjadi barat IDL. Pergantian waktu tersebut dilakkan agar Samoa berada pada zona waktu yang sama dengan Selandia Baru sehingga tidak terjadi perbedaan hari dan dapat memudahkan bisnis Samoa. Hal serupa terjadi di Kiribati yang melakukan perubahan terhadap IDL agar tetap berada dihari yang sama dengan Selandia Baru. Jika Samoa mengganti zona waktu mereka dari GMT-12 ke GMT+12, Kiribati menggeser IDL sehingga memiliki zona waktu GMT+13 dan GMT+14.
Pada akhir acara, Prof. Agus Purwanto memeriksa pemahaman para santri dengan memberi tebak tebakan mengenai waktu dan hari apa yang terjadi saat itu di berbagai negara lain. Kemudian acara di tutup setelah sesi tanya jawab dan do'a. Keesokan harinya yaitu pada Selasa, 14 September 2021, Ngaji Ayat Ayat semesta dilanjutkan setelah sholat shubuh. Kali ini Prof. Agus Purwanto menyampaikan materi mengenai alam dan Al Qur'an. Acara kali ini juga ditayangkan online melalui Zoom sehingga dapat disaksikan oleh masyarakat umum.
Kebanyakan orang memisahkan sains dan agama. Agama telah direduksi sehingga kebanyakan orang mengaitkan hubungan manusia dan Tuhan hanya terletak dalam ilmu fiqih dan tasawuf. Padahal dalam surat Al Maidah ayat 3 dijelaskan bahwa Allah SWT telah menyempurnakan agama islam. Oleh karena itu, pembahasan agama islam tidak hanya terpusat pada fiqih dan tasawuf, tetapi juga membahas alam.
Alam, ilmu, dan ulama memiliki akar kata yang sama. Surat Fatir ayat 27, 28, dan 29 menjelaskan mengenai pengertian ulama. Ayat 29 menyebutkan bahwa seorang ulama harus memahami hukum agama dan hukum sosial, sedangkan ayat 28 membahas tentang alam, sehingga seorang ulama juga harus memahami hukum alam. Maka ulama yang dimaksud dalam Al Qur'an adalah seorang yang menguasai ketiga ilmu tersebut.
Terdapat 800 ayat kauniyah (ayat yang menjelaskan tentang alam) dalam Al Qur'an, sedangkan terdapat 160 ayat yang membahas fiqih dan hukum dalam Al Qur'an. Kebanyakan umat islam hanya mengkaji 160 ayat tersebut dan melewatkan 800 ayat kauniyah. Padahal 800 ayat kauniyah dalam Al Qur'an dapat memajukan sains dan teknologi jika dikaji lebih lanjut.
Prinsip dan kandungan mengenai alam disampaikan Al Qur'an dalam bentuk implisit dan simbolik. Manusia dapat memahaminya karena dikaruniai Allah SWT piranti untuk berpikir yaitu akal. Dalam Al Qur'an tidak ada kata 'akal' dalam bentuk isim (kata benda), tetapi dalam bentuk fiil (kata kerja), dan hanya ada satu kata dalam fi'il madhi yang menunjukkan masa lampau karena selebihnya kata akal disebutkan dalam fiil mudhore' yang meniunjukkan waktu sekarang dan masa depan. Kesimpulan dari penggunaan bentuk fi'il tersebut adalah sebuah perintah dari Allah SWT agar manusia menggunakan akal mereka untuk hal-hal yang bermanfaat di masa depan.
Pada akhir acara, Prof. Agus Purwanto kembali mengingatkan pentingnya mempelajari ilmu alam karena dapat memajukan agama islam dan sangat dianjurkan dalam Al Qur'an. Sebagai penutup, Prof. Agus Purwanto menjawab berbagai pertanyaan dari para peserta Zoom. Setelah itu para santri kembali ke asrama untuk bersiap siap melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah.