Screenshot_2023-05-22_153857-removebg-preview
ISRA’ MI’RAJ, PERJALANAN NABI MENEMBUS LANGIT KETUJUH

Pena Santri-Buroq, seekor binatang putih, seperti peranakan kuda dan keledai, dengan sayap di sisi tempat menggekan kakinya, ialah yang menemani perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW bersama malaikat Jibril. Perjalanan Isra’ Mi’raj nabi dimulai dari Masjidil Haram dengan melaju ke utara Yastrib dan Khoybar sampai Yerusalem.

Di sanalah Nabi Muhammad SAW bertemu dengan para nabi terdahulu. Di Yerusalem, nabi menyempatkan waktunya untuk sekadar sholat di Masjidil Aqsa dengan nabi terdahulu sebagai makmumnya. Perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram sampai Masjidil Aqsa inilah yang disebut sebagai Isra’.

Setelah melakukan Isra’, nabi diangkat keluar dari kehidupan umat manusia menuju langit ketujuh. Beliau mengendarai buroq yang menggerakkan sayapnya ke atas. Mi’raj yang dilakukan ini melampaui ruang, waktu, dan bentuk lahiriah bumi. Pada langit pertama nabi bertemu dengan Nabi Adam.as, kemudian nabi Isa dan Yahya di langit kedua. Lalu nabi Yusuf ,dilanjutkan nabi Idris yang terkenal sebagai nabi terpintar di langit keempat. Nabi Harun di langit kelima, dilanjut Nabi Musa di langit keenam, dan diakhiri dengan nabi Ibrahim di langit ketujuh.

Puncak dari Isra’ Mi’raj adalah ketika nabi sampai di Shidratul Al-Muntahana. Di sinilah nabi menerima perintah sholat 50 waktu dalam sehari semalam. Setelah menerima perintah tersebut, nabipun turun dari Shidratul Muntaha dan bertemu dengan nabi Musa. Ketika bertemu, nabi Musa menyatakan bahwa kewajiban sholat itu berat. Musapun memerintahkan nabi untuk kembali kepada Allah dan meminta keringanan untuk umat Islam. Hal itu berlangsung terus menerus hingga jumlah kewajiban sholat umat islam menjadi 5 waktu dalam sehari semalam.

Setelah selesai menjalankan Isra’ Mi’raj, nabi dan Jibril turun ke Yerusalem dan kembali ke Mekkah melewati banyak kafilah ke arah selatan. Ketika sampai di Mekkah nabi Muhammad menceritakan perjalanannya kepada setiap orang, namun tidak ada yang percaya kecuali Abu Bakar. Oleh karena itu, Abu Bakar mendapatkan gelar “As-Shiddiq” yang berarti saksi kebenaran.

(Pena Santri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Assalamualaikum. Wr.Wb. Anda sedang terh
Assalamualaikum. Wr.Wb.
Anda sedang terhubung dengan Humas SMA Trensains. Silahkan kirimkan pesan untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang lembaga kami!

Ttd,
Bidang Humas SMA Trensains Tebuireng