Screenshot_2023-05-22_153857-removebg-preview
Teknologi Digital di Tangan Santri

Perkembangan zaman saat ini telah meningkat begitu pesat. Khususnya  bagian teknologi dan informasi. Dilansir dari laman databoks.katadata.co.id, kecanggihan teknologi sudah berhasil merebut hampir 73,7% atensi manusia dari dunia nyata. Teknologi digital menghadirkan berbagai platform yang dapat diakses tanpa adanya batasan usia. Platform tersebut antara lain: Instagram, Twitter, Facebook, Line, Whatsapp, TikTok, YouTube dan lainnya. Platform ini memberikan berbagai macam manfaat, seperti dapat mengetahui beragam informasi, sebagai jembatan dalam konsep komunikasi dan sebagai ajang kreativitas seseorang, ditambah  sejak maraknya kasus covid-19 yang mewajibkan seluruh masyarakat untuk Self-isolation dan menjalankan seluruh protokol kesehatan. Dari inilah teknologi sangat berperan penting dalam keberlangsungan komunikasi yang meminimalisir tatap muka.

Namun, disisi lain berdasarkan data dari Republika.co.id hampir sekitar 70% masyarakat belum memahami betul fungsi dari teknologi. Atas kurangnya pemahaman fungsi akan teknologi tersebut dapat menimbulkan dampak negatif. Satu diantara banyaknya dampak negatif, yakni masih banyak anak dibawah umur yang bebas mengakses internet tanpa pengawasan orang dewasa. Hal ini dapat memicu berbagai macam  perilaku negatif seperti cyber bullying. Efek negatif lain dari penggunaan media sosial yakni apabila seseorang telah menemukan kenyamanan untuk  menelusuri konten negatif  atau yang sering dikenal dengan sebutan droomscrolling. Kita dapat mengambil contoh dari efek negatif media sosial yakni depresi berat yang menimpa seorang remaja dari Inggris bernama Chloe Davison, ia  frustasi sampai meregang nyawa akibat dari cuitan warganet yang melukai perasaannya.

      Dari ini, tidak hanya anak-anak yang terkena imbas dari dampak negatif  akan teknologi tersebut. Begitupun orang dewasa juga bisa merasakan hal yang sama antara lain, secara tidak langsung interaksi tatap muka cenderung menurun, menimbulkan kecanduan akan internet misalnya kecanduhan game online, dan tindakan penipuan berbasis digital. Tidak hanya ini, dampak negatif lainnya menimbulkan perasaan iri hati dan ingin mencari atensi masyarakat melalui media sosial, serta munculnya kasus perundungan, ketakutan ketinggalan trend atau biasa dikenal dengan sebutan fomo.

      Media digital saat ini telah sampai pada kalangan pesantren. Media digital berhasil menyadarkan kalangan pesantren untuk mempublikasikan khazanah keilmuan yang didapatkan dalam lingkup pesantren kepada masyarakat luas. Seperti halnya para ulama serta pemuda  pesantren yang sudah turut andil dalam penggunaan media sosial secara positif. Contohnya ustadz muda yang sering muncul di pertelevisian Indonesia yakni Ustadz Syamsuddin Nur Makka, beliau merupakan penulis naskah serta da’i. Beliau sering membawakan dakwah yang ia susun sendiri pada salah satu acara televisi bertajuk religi yaitu “Islam Itu Indah”, Ustadz Syam tidak hanya berdakwah melalui televisi melainkan beliau juga memanfaatkan salah satu fitur yang sedang marak-maraknya diakses oleh masyarakat yaitu aplikasi TikTok. Beliau memilih TikTok sebagai tempat untuk menyalurkan kumpulan ceramahnya. Akun ini memiliki pengikut sebanyak 3,5 juta akun. Ada juga penceramah muda lain yaitu Ustadz Tengku Hanan Attaki, beliau merupakan salah seorang penceramah terkenal. Beliau menggunakan Instagram dan TikTok untuk membagikan konten ceramahnya. Pengikut pada laman TikTok pribadinya  sebanyak 41,7 ribu pengikut dan pada akun Instagram sebanyak 140 ribu pengikut. Banyak masyarakat yang tertarik karena pembawaannya yang begitu tenang dan ringan di telinga . Kedua ustadz muda ini sama-sama memilih TikTok serta Instagram sebagai tempat atau penghubung antara mereka dengan masyarakat luas. Hal ini berdasarkan riset, Instagram munduduki peringkat ke-tiga sebagai aplikasi yang sering diakses oleh masyarakat dan Tiktok menduduki peringkat ke-tujuh.

     Dalam bahasan di atas  tidak hanya para ustadz yang melakukan jihad digital. Santri muda juga tidak mau tertinggal dalam membagikan sesuatu yang bermanfaat pada media sosial. Salah satu teladannya yaitu Alwi Asegaf, Alwi merupakan contoh serta panutan untuk para anak muda penerus bangsa. Karena di usianya yang terbilang cukup muda Alwi sudah banyak membagikan ceramah bermanfaat serta pendapatnya yang begitu menarik tentang islam dan banyak masyarakat yang menyukainnya di buktikan dari jumlah pengikut yang ia punya yaitu sekitar 4,3 juta. Hal itu berdasarkan  hasil survei yang mana menyatakan era kini tidak banyak anak muda yang mau merelakan waktu bermainnya untuk membagikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.

       Ada juga pemuda yang tujuannya sama seperti Alwi yaitu Muhammad Ulul Azmi Askandar Al-Absor atau yang sering di kenal dengan sebutan Gus Azmi. Gus Azmi merupakan vokalis grup sholawat terkenal dalam media sosial yang dinamai Syubbanul Muslimin. Grup ini cukup menghibur masyarakat dengan alunan musik yang begitu indah dan merdu. Syubbanul muslimin menjadikan YouTube sebagai wadah untuk menuangkan kumpulan sholawat yang berhasil mereka lantunkan dan grup ini pengikutnya tembus diangka 2,65 juta subscriber.

Berangkat dari contoh di atas kita bisa melihat bahwa teknologi tidak hanya memiliki efek negatif namun lebih dari itu teknologi digital memiliki efek positif yang telah banyak merubah kemajuan berbagai bidang. Contoh sederhana, sejak teknologi menguasai dunia dan berhasil diakses oleh kalangan pesantren, timbul keuntungan tersendiri yang mana pada awalnya  kajian ilmu itu tidak hanya berputar pada lingkaran kecil saja, melainkan kajian ilmu tersebut dapat keluar dari zona nyamannya dan berhasil mengeksplore dunia.

         Di sinilah santri tidak hanya memiliki keahlian dalam bidang agama antara lain pandai dalam kitab, mengaji, bersholawat, serta pandai dalam bidang umum. Faktanya santri juga bisa mengikuti perkembangan zaman saat ini yang lebih memfokuskan pada media maya. Saat ini juga sudah terbukti bahwasannya banyak anak muda berlatarbelakang santri sudah mulai berbondong-bondong dalam menggunakan media sosial secara bijak. Santri era kini seringkali  membagikan dakwah, motivasi serta suri tauladan kepada masyarakat luas. Dari sinilah terbukti bahwasannya santri turut andil berjihad di era perkembangan 5.0 .

oleh: Inayah A. A.(siswi kelas 11 Sains 4)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Assalamualaikum. Wr.Wb. Anda sedang terh
Assalamualaikum. Wr.Wb.
Anda sedang terhubung dengan Humas SMA Trensains. Silahkan kirimkan pesan untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang lembaga kami!

Ttd,
Bidang Humas SMA Trensains Tebuireng