Screenshot_2023-05-22_153857-removebg-preview
Memetik Hikmah dari Film Luqothoh Tebuireng

Lensa- Pada hari Kamis, 17 Maret 2023 diadakan nobar (nonton bareng) untuk seluruh santri Pesantren Sains Tebuireng. Nobar kali ini menayangkan film terbaru yang diproduksi oleh MAKSI (rumah produksi) Tebuireng dengan judul "Luqothoh". Dalam bahasa Arab, Luqothoh memiliki arti "barang temuan".

Para santri tampak antusias ketika datang ke lokasi nobar yang bertempat di Masjid Salahuddin Al-Ayyubi. Mereka rela datang lebih awal demi mendapat barisan terdepan agar dapat melihat layar secara leluasa dan jelas. Film ini tayang perdana pada Februari kemarin di Tebuireng pusat, yang kemudian dilanjutkan ke Tebuireng Sains. Pemeran utama dalam film ini berhasil menarik atensi seluruh penonton khususnya santri putri. Sosok tersebut tak lain adalah Muhammad Dzannuroin Aldivano atau kerap disapa sebagai Gus Ivan. Beliau adalah putra dari Gus Fahmi selaku kepala Pondok Pesantren Tebuireng Putri dan merupakan cicit dari hadratussyeikh Kh. M. Hasyim Asy'ari.

Film tersebut menceritakan tentang seorang santri yang bernama Kafanal Kafi (Kaf). Ia adalah santri yang rajian, taat, tawadhu' dan baik hati kepada semua orang. Kebaikannya itu sering kali dimanfaatkan oleh temannya. Seperti sering dipinjam uangnya dengan alasan bahwa bulan depan akan dibayar. Meskipun demikian, Kaf selalu mengiyakan jika temannya itu meminjam uang kepadanya walaupun sebenarnya ia juga sangat membutuhkan uang tersebut.

Pada suatu hari, Kaf menemukan sebuah buku Nahwu di depan kelasnya sepulang sekolah. Kaf pun memilih untuk mengambilnya karena ia merasa buku itu sangat penting bagi pemiliknya. Dengan penuh semangat dan rasa tanggung jawab yang tinggi Kaf mencari pemilik buku tersebut hingga ke seluruh penjuru pondok pesantren. Ketika ia merasa lelah mencari, Kaf pun bertanya kepada Ustad nya tentang buku tersebut.

"Dalam bahasa Arab, barang temuan disebut dengan Luqothoh. Dan kamu sebagai yang menemukan buku harus bertanggung jawab untuk mengembalikan kepada pemiliknya." Begitulah pesan sang ustad kepada Kaf di malam itu.

Hari demi hari Kaf lewatkan untuk mencari si pemilik buku Nahwu. Beban pikirannya pun bertambah akibat temannya tak kunjung membayar hutangnya. Di tengah peliknya itu, tiba-tiba Kaf mendapat panggilan dari ibunya yang mengabarkan bahwa ayahnya telah tiada. Kaf makin dirundung rasa sedih dan kecewa yang mendalam. Hal itu memperkuat keyakinan Kaf untuk segera boyong dari pondok pesantren. Namun niatnya itu harus ia kubur akibat sang ibunda yang menginginkan ia melanjutkan perjuangan ayahnya. Walau dengan berat hati, Kaf pun akhirnya kembali ke pondok.

Beberapa hari setelah itu, sebuah masalah kembali hadir dalam hidupnya. Teman yang meminjam uangnya berniat untuk memfitnah dirinya sebagai pencuri uang organisasi senilai Rp5.000.000,00. Di suatu malam yang sunyi, Sim (teman Kaf) mengambil pena Kaf lalu menaruhnya ke dalam lemari bendahara organisasi agar meninggalkan jejak Kaf. Sim mengambil uang organisasi tersebut lantas membawanya kabur pulang ke rumah. Di pagi hari sang bendahara melaporkan kejadian ini kepada pengurus keamanan pondok. kemudian pada sore harinya, Kaf di panggil untuk di sidang bersama pengurus keamanan. Hasil sidang menyatakan bahwa Kaf bersalah atas tuduhan pencurian. Ia merasa sangat depresi hingga berlari menembus hujan yang sangat deras di tengah gelapnya malam.

Di samping itu, ning Lam sang putri dari pengasuh pondoknya semakin gencar mendekatinya. Untuk kelanjutan ceritanya dapat anda saksikan dalam film LUQOTHOH, film keempat karya rumah produksi Tebuireng. Selamat menonton!!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Open chat
Assalamualaikum. Wr.Wb. Anda sedang terh
Assalamualaikum. Wr.Wb.
Anda sedang terhubung dengan Humas SMA Trensains. Silahkan kirimkan pesan untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang lembaga kami!

Ttd,
Bidang Humas SMA Trensains Tebuireng